Sunday, 27 September 2015

kisah nabi palsu musailamah al kadzab

Ada seseorang dari Yamamah bernama Musailamah Al Kadzdzab berusaha meniru-niru Nabi. Meniru-niru dalam arti untuk menyaingi Nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam, yang kemudian dia mendapatkan gelar al kadzdzab (pendusta).
Musailamah mendengar kabar Rasulullah shallallahu alayhi wasallam pernah meludah di sebuah sumur maka tiba-tiba airnya menjadi semakin banyak. Dia juga meludah ke sebuah sumur tetapi air sumurnya malah menjadi kering total. Dan ia meludah pula ke dalam sumur lain maka airnya berubah menjadi asin.

Dia pernah berwudhu kemudian sisanya disiramkan ke sebuah batang kurma maka tiba-tiba kurma tersebut menjadi kering dan mati.  
Pernah dua bayi dibawa kepadanya maka dia berusaha memberkahi keduanya sambil mengusap kepala mereka. Ternyata tak lama setelah itu kepala salah satu anak itu menjadi botak dan satu lainnya lidahnya menjadi kelu.
Ada juga yang datang kepadanya dengan kedua matanya yang sakit. Maka Musailamah mengusap kedua mata orang itu, ternyata seketika itu juga mata orang itu menjadi buta.
Kisah lainnya tentang Nabi Palsu Musailamah ini adalah pada suatu hari, datang dua utusan Musailamah menemui Rasulullah shallallahu alayhi wasallam untuk menyerahkan surat dari Musailamah. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bertanya kepada keduanya,  “Apakah kamu berdua mengakui bahwa saya adalah Rasul Allah?”
“Kami mengakui bahwa Musailamah adalah utusan Allah,” jawab mereka.
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam berkata, “Demi Allah, seandainya bukan karena larangan membunuh utusan, niscaya saya penggal leher kamu berdua.”

Isi surat Musailamah itu berbunyi:
Bismillahirrahmanirrahim, dari Musailamah utusan Allah, kepada Muhammad utusan Allah. Sesungguhnya aku diberi kedudukan yang sama denganmu, jadi dunia ini separuh untuk kami dan separuh untuk Quraisy, tetapi orang-orang Quraisy melampaui batas.

Rasulullah shallallahu alayhi wasallam membalas surat itu.
Bismillahirrahmanirrahim. Keselamatan atas mereka yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du, bumi ini milik Allah, Dia mewariskannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Ketika Musailamah datang bersama Bani Hanifah, Rasulullah shallallahu alayhi wassalam  pernah berkata kepadanya,
“Engkaulah yang kulihat dalam mimpi. Tsabit yang akan menjawab keperluanmu.”
Kemudian beliau shallallahu alayhi wasallam meninggalkannya.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu, bertanya-tanya apa maksud ucapan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam, ‘Engkaulah yang kulihat dalam mimpi’?
Abu Hurairah radhiyallahu anhu menerangkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu alayhi wasallam pernah bermimpi melihat di tangannya ada dua buah gelang emas, lalu beliau meniup kedua gelang itu hingga lenyap. Kemudian beliau menakwilkannya, yang satu adalah pendusta dari Yamamah, sedangkan yang satunya adalah pendusta dari Shan’a.
Seperti telah diuraikan bahwa Musailamah sudah berani mengaku-aku sebagai nabi, sejak Rasulullah shallallahu alayhi wasallam masih hidup.
Sebelum Amru bin Ash radhiyallahu anhu masuk Islam, dia pernah bertemu dengan Musailamah al-Kadzdzab. Musailamah bertanya kepadanya,
“Apa yang sudah turun kepada orang ini (Muhammad)?”
“Turun kepadanya satu surat pendek yang sangat indah bahasanya,” kata Amr.
Musailamah meminta Amr menyebutkannya. Amr yang ketika itu belum masuk Islam membacakan surat al-‘Ashr sampai selesai.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr: 1—3)
Setelah ‘Amr membacakannya, Musailamah berpikir sejenak, lalu berkata,
 “Diturunkan juga kepadaku yang serupa itu.”
“Apakah itu?” kata Amr.
Kemudian Musailamah mengucapkan,

يَا وَبْرُ يَا وَبْرُ إِنَّمَا أَنْتَ أُذُنَانِ وَصَدْرٌ وَسَائِرُكَ حَفْرٌ نَقْرٌ


“Wahai marmut, wahai marmut. Engkau hanyalah dua daun telinga dan dada. Adapun selebihnya adalah hina dan berpenyakit.”
Lalu dia melanjutkan, “Bagaimana menurutmu, hai Amr?”
Dengan tegas Amr menyatakan di hadapan Musailamah, “Demi Allah, sungguh engkau sudah tahu bahwa aku tahu kalau engkau dusta.”
Bahkan, salah seorang pengikut Musailamah sendiri, Thalhah an-Namari, berkata kepada Musailamah, “Saya bersaksi bahwa engkau dusta, sedangkan Muhammad adalah orang yang jujur. Tetapi, pendusta dari suku Rabi’ah (Musailamah) lebih aku sukai daripada orang jujur dari Mudhar (Rasulullah).”
Sepeninggal Rasulullah shallallahu alayhi wasallam tidak membuat Musailamah bertobat.Pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu yang gencar memerangi orang murtad, datanglah utusan Bani Hanifah untuk menghadap beliau. Abu Bakar radhiyallahu anhu berkata kepada merka, “Tolong perdengarkan kepada kami sebagian dari Qur’an versi Musailamah.”
Mereka bertanya, “Apakah Anda memaafkan kami wahai Khalifah Rasulullah untuk menyebutkannya?
abu Bakar radhiyallahu anhu menjawab, “Kalian mesti memperdengarkan!”
Maka mereka berkata,


Sumber:
 Abu Muhammad Harits, Sepeninggal Rasulullah, Majalah Asysyariah, Edisi 77.
Ibnu Katsir, 2004, Al Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin, (diterjemahkan oleh : Abu Ihsan al-Atsari), Darul Haq: Jakarta.

No comments:

Post a Comment